LOGAM BERAT
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai
logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan
dalam berbagai keperluan, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala
industri. Industri-industri logam berat tersebut seharusnya mendapat pengawasan
yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi pekerja-pekerjanya maupun
lingkungan disekitarnya. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai
keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau
sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat
tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi
kehidupan lingkungan. Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan tersebut adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium
(Cd), khromium (Cr), dan Nikel (Ni).
Logam-logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh organisme, dan
tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang
terakumulasi. Dalam bab ini akan dibahas mengenai dua macam logam berat yang
paling sering mengkontaminasi air yaitu merkuri dan timbal.
MERKURI
Sifat-sifat
merkuri
Merkuri merupakan
elemen alami, oleh karena itu sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri
yang ditemukan di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya,
dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri
banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, kimia dan biologi yang
kompleks.
Merkuri dan komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia untuk
berbagai keperluan. Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut
banyak digunakan untuk keperluan ilmiah dan industri. Beberapa sifat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. merkuri merupakan satu-satunya
logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (25oC) dan mempunyai titik
beku terendah dari semua logam, yaitu -39oC.
2. Kisaran suhu di mana merkuri
terdapat dalam bentuk cair sangat lebar, yaitu 396oC, dan pada
kisaran suhu ini merkuri mengembang secara merata.
3. merkuri mempunyai volatilitas
yang tertinggi dari semua logam.
4. ketahanan listrik merkuri
sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang terbaik dari semua logam.
5. banyak logam yang dapat larut
di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut amalgam (alloy).
6. merkuri dan
komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua mahluk hidup.
Merkuri dilepaskan sebagai
uap, yang kemudian mengalami kondendsasi, sedangkan gas-gas lainnya mungkin
terlepas di atmosfer atau dikumpulkan.
Merkuri di alam terdapat dalam
berbagai bentuk sebagai berikut:
1. Merkuri anorganik, termasuk
logam merkuri (Hg++) dan garam-garamnya seperti merkuri khlorida
(HgC12) dan merkuri oksida (HgO).
2. Komponen
merkuri organik atau organomerkuri , terdiri dari:
a. Aril merkuri,
mengandung hidrokarbon aromatik seperti fenil merkuri asetat.
b. Alkil
merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan merkuti yang paling
beracun, misalnya metil.
c. Alkoksialkil
merkuri (R-O-Hg).
Kegunaan
merkuri
Merkuri digunakan
dalam bergbagai bentuk dan untuk berbagai keperluan, misalnya industri
khlor-alkali, alat-alat listrik, cat,
instrumen, sebagai katalis, kedokteran gigi, pertanian, alat-alat laboratorium,
obat-obatan, industri kertas, amalgam, dan sebagainya. Penggunaan merkuri
yang terbesar adalah dalam industri khlor-alkali, diman diproduksi khlorin (C12)
dan soda kaustik (NaOH) dengan cara elektrolisis larutan garam NaCl. Kedua
bahan kimia tersebut sangat banyak kegunaanya, oleh karena itu diproduksi dalam
jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode
dari sel elektrolisis. Merkuri dalam bentuk film bergerak membentuk amalgam
dengan natrium yang dilepaskan dari larutan garam pada katode selam
elektrolisis. Amalgam kemudian dipisahkan dari sel lektrolisis dan beraksi
dengan air membentuk larutan NaOH, dan merkuri yang dilepaskan dapat digunakan
kembali untuk produksi berikutnya. Kegunaan merkuri dalam proses ini adalah
didasarkan pada sifatnya yang berbentuk cair, konduktivitas listriknya, dan
kemampuannya untuk membentuk amalgam dengan logam natrium.
Kegunaan kedua
yang terbesar dari merkuri adalah dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai keperluan. Sebagai
contoh misalnya lampu uap merkuri yang banyak digunakan untuk penerangan
jalan-jalan dan pabrik karena mempunyai biaya instalasi dan operasi yang lebih
rendah daripada lampu pijar, dan dapat dioperasikan pada voltase tinggi.
Penggunaan lainnya misalnya dalam baterei merkuri yang mempunyai umur relatif
panjang dan dapat digunakan pada kondisi suhu dan kelembapan yang tinggi.
Penggunaan merkuri
dan komponen-komponennya sebagai fungisida merupakan kegunaan ketiga terbesar
dari merkuri. Dalam hal ini merkuri digunakan untuk membunuh jamur di dalam
cat, pulp, kertas dan industri-industri pertanian. Komponen merkuri sering
ditambahkan ke dalam cat yang akan digunakan di daerah-daerah lembab sebagai
pengawet lateks dan mencegah lapuk. Cat yang digunakan untuk kapal-kapal sering
ditambahkan merkuri okside (HgO) sebagai anti jamur atau fenil merkuri asetat
sebagai anti lapuk.
Industri-industri
pulp dan kertas juga menggunakan FMA untuk mencegah pembentukan lendir pada
pulp kertas yang masih basah selam pengolahan dan penyimpanan.
Komponen-komponen organomerkuri lainnya juga digunakan dalam jumlah lebih rendah
untuk maksud yang sama. Tetapi penggunaan organomerkuri untuk keperluan
tersebut telah dilarang oleh FDA (Food and Drug Administration) sejak 1970
karena penggunaan merkuri di dalam kertas kemungkinan dapat mengkontaminasi
makanan yang dibungkus dengan kertas tersebut. Industri-industri pertanian
menggunakan komponen-komponen arganomerkuri sebagai pelapis benih untuk
mencegah pertumbuhan kapang.
Logam merkuri juga
digunakan sebagai katalis dalam proses di industri-industri kimia, terutama
pada industri vinil khloride yang merupakan bahan dasar dari berbagai plastik.
Kasus keracunan merkuri yang terbesar yang terjadi di Teluk Minamata Jepang,
dalam tahun 1953-1960 disebabkan oleh buangan merkuri dari pabrik vinil
khloride. Logam merkuri juga digunakan di dalam termometer dan alat-alat
pencatat suhu karena bentuknya yang cair pada kisaran suhu yang lebar, sifatnya
uniform, koefesien pengembangan panasnya besar, dan konduktivitas listriknya
besar.
Pencemaran Merkuri di dalam Air dan Lingkungan
Penggunaan merkuri
di dalam industri-industri sering menyebabkan pencemaran lingkungan, baik
melaui air buangan maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang
ke sungai, pantai atau badan air disekitar industri-industri tersebut kemudian
dapat mengkontaminasi ikan-ikan dan mahluk air lainnya termasuk ganggang dan
tanaman air. Selanjutnya ikan-ikan kecil dan mahluk air lainnya mungkin akan
dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya
yang lebih besar atau masuk kedalam tubuh melaui insang. Kerang juga dapat
menumpulkan merkuri di dlam rumahnya. Ikan-ikan dan hewan tersebut kemudian
dikonsumsi oleh manusia sehingga manusia dapat mengumpulkan merkuri di dalam
tubuhnya. Penggunaan merkuri di bidang pertanian sebagai pelapis benih dapat
mencemari tanah-tanah pertanian yang berakibat pencemaran terhadap hasil-hasil
pertanian terutama sayur-sayuran. FDA menetapkan batasan kandungan merkuri
maksimum adalah 0.005 ppm untuk air dan 0.5 ppm unttuk makanan, sedangkan WHO
(Word Health Organization) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah yaitu
0.0001 ppm untuk cair.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa semua ikan yang tidak terkontaminasi langsung
dengan merkuri selam pertumbuhannya masih mengandung merkuri di dalam tubuhnya
pada konsentrasi yang rendah, yaitu 0.005-0.075 ppm. Penelitian selanjutnya
menunjukkan bahwa pengumpulan merkuri di dalam tubuh ikanbervariasi tergantung
dari kondisi dan bagian organ tubuh. Suatu penelitian yang dilakukan dalam
tahun 1969 terhadap ikan ditempatkan di dalam air tersebut selam satu jam
perhari dalam 10 hari, menunjukkan bahwa pengumpulan merkuri tertinggi terdapat
di dalam darah, kemudian di dalam ginjal, hati, otak, dan yang terendah terdapat
di dalam otot. Sisa ikan kemudian dibiarkan di dalm air yang bebas merkuri,
ternyata setelah 45 minggu, organ-organ tubuh ikan tersebut telah bebas dari
merkuri kecuali ginjal dan hati yang masih mengandung merkuri. Dari
penelitian-penelitian pencemaran merkuri pada ikan juga dibuktikan bahwa
merkuri yang terkumpul di dalam tenunan hidup adalah dalam bentuk merkuri
organik, terutama metil merkuri.
Keracunan
Merkuri dan Metilasi Biologi
Keracunan telah
sering terjadi dan merupakan keracunan yang cukup serius karena dapat
mengakibatkan kematian dan cacat seumur hidup. Tabel 6.1 menunjukkan lima keracunan merkuri
yang menelan korban cukup banyak dan terjadi sampai tahun 1968.
keracunan-keracunan tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi ikan yang
tercemar merkuri atau konsumsi biji-bijian yang diberi perlakuan dengan
merkuri. Beberapa waktu yang lalu juga diberitakan bahwa teluk Jakarta juga diduga telah
tercemar merkuri dalam konsentrasi yang cukup membahayakan bagi kesehatan.
Tabel 6.1 Keracunan merkuri yang terbesar tahun
1953-1960*
Lokasi
|
Tahun
|
Korban
(orang)
|
Teluk Minamata, Jepang
Irak
Pakistan Barat
Guatemala
Nigata, Jepang
|
1953 – 1960
1961
1963
1966
1968
|
43 meninggal
68 cacat/sakit
35 meninggal
321
cacat/sakit
4 meninggal
34 cacat/sakit
20 meninggal
45 cacat/sakit
5 meninggal
25 cacat/sakit
|
* Anonim (1970)
Walaupun mekanisme
keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Semua
komponen merkuri dalam jumlah cukup beracun terhadap tubuh.
2. Masing-masing
komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam daya racunnya,
distribusi, akumulasi atau pengumpulan, dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3. Transformasi
biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh di mana komponen
merkuri di ubah dari satu bentuk menjadi bentuk lainnya.
4. Pengaruh merkuri di dalam
tubuh diduga karena dapat menghambat kerja enzim dan meyebabkan kerusakan sel
disebabkan kemampuan merkuri untuk terikat dengan grup yang mengandung sulfur
di dalam molekul yang terdapat di dalam enzim dan dinding sel. Keadaan ini
mengakibatkan penghambatan aktivitas enzim dan reaksi kimia yang dikatalis oleh
enzim tersebut di dalam tubuh. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan rusak karena
pengikatan dengan merkuri sehingga aktivitas sel yang normal akan terganggu.
5. Kerusakan
tubuh yang disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat
ini belum dapat disembuhkan.
Merkuri anorganik
mempunyai tendensi untuk terkumpul di dalam tenunan hati dan ginjal. Hal ini
dapat mengakibatkan kerusakan tenunan tersebut, akan tetapi pembuangan keluar
tubuh juga lebih cepat melalui sistem urin. Uap logam merkuri mempunyai
kapasitas tinggi untuk terdifusi melalui paru-paru kedalam darah, kemudian ke
otak, dimana dapat terjadi kerusakan sistem syaraf pusat. Baisanya merkuri
anorganik, dalam bentuk komponen, tidak tinggal di dalam tubuh dalam waktu
cukup lamasehingga tidak berkumpul dalam jumlah yang membahayakn. Arilmerkuri
yang masuk ke dalam tubuh, misalnya fenil merkuri asetil (FMA), segera akan
terpecah menjadi komponen merkuri anorganik, oleh karena itu juga tidak
mengumpul di dalm tubuh dalam jumlah yang membahayakan.
Alkilmerkuri
merupakan komponen organomerkuri yang paling berbahaya karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Alkilmerkuri dengan mudah
melakukan penetrasi dan terkumpul di dalm tenunan otak karena komponen ini
mudah menembus membran biologi.
2. Alkilmerkuri mempunyai waktu
retensi yang lama di dalam tubuh sehingga konsentrasi di dalam tubuh semakin
lam semakin tinggi, meskipun dosis yang masuk ke dalam tubuh mungkin rendah.
Komponen ini diperkirakan mempunyai umur setengah di dalam tubuh selama 70
hari.
3. Alkilmerkuri dapat dibentuk
dari merkuri anorganik oleh aktivitas mikroorganisme anaerobik tertentu.
Transformasi ini dibuktikan terjadi dengan mudah di dalam lumpur di dasar
sungai dan danau. Proses transformasi ini belum dibuktikan terjadi di dalam
tubuh, tetapi beberapa mikroorganisme yang ditemukan di dalam saluran usus
hewan juga ditemukan dapat melakukan proses transformasi tersebut.
Metilmerkuri, yang
merupakan komponen merkuri yang paling beracun, dapat mencemari lingkungan
melalui beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja
maupun tidak sengaja. Pencemaran metilmerkuri secara langsung dan sengaja
misalnya melalui penggunaan metilmerkuri pada benih atau biji-bijian.
Pencemaran secara langsung dan tidak sengaja misalnya jika metilmerkuri yang
digunakan dalam industri atau yang terbentuk sebagai bahan buangan dalam proses
industri dibuang ke badan air disekitarnya. Pencemaran secara tidak langsung
terjadi jika komponen merkuri lainnya dimetilasi atau ditransformasi oleh
organisme tertentu.
Dalam kasus
keracunan merkuri di teluk Minamata, Jepang, merkuri sulfat yang digunakan
sebagai katalis dalam industri vinil khloride di bunga ke laut di Teluk
Minamata. Komponen merkuri tersebut di dasar laut akan diubah oleh
mikroorganisme anaerobik menjadi CH3Hg+ atau (CH3)2Hg.
Komponen merkuri yang terakhir ini bersifat sangat volatil dan dilepaskan dari
lumpur atau pasir pada dasar laut ke air disekitarnya. (CH3)2Hg
merupakan komponen yang stabil di dalam larutan alkali, tetapi pada kondisi
asam akan berubah menjadi CH3Hg+ . Ion tersebut bersifat larut di dalam air dan
mengumpul di dalam organisme hidup, terutama di dalam tenunan lemak, dan
selanjutnya dapat terikat pada gruf sulfur pada molekul di dalam enzim dan
dinding sel sehingga merusak sistem enzim dan membran dinding sel.
Pemecahan
Masalah Polusi Merkuri
Sumber pencemaran
merkuri di lingkungan mudah dideteksi
dari industri-industri yang menggunakan merkuri di dalam prosesnya. Masalah
yang dihadapi adalah bagaimana mencegah terjadinya pencemaran merkuri tersebut.
Kesulitan dalam mencegah terjadinya polusi merkuri disebabkan merkuri mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Merkuri bersifat volatil
sehingga dapat mencemari udara.
2. Merkuri membentuk cair
sehingga mudah menyebar dipermukaan air dan sulit untuk dikumpulkan.
3. Merkuri
mengalami translokasi di dalam tanaman dan hewan.
4. Merkuri atau
komponen merkuri dapat diubah oleh mikro organisme yang terdapat di dalam laut,
sungai atau danau menjadi menjadi komponen metilmerkuri yang sangat beracun,
dimana dengan adanya rantai makanan memungkinkan terkumpul di dalam tubuh hewan
dan manusia.
Suatu laporan yang
dibuat oleh U.S.Environmental Protection Agency memuat bebrapa rekomendasi
untuk mencegah terjadinya polusi merkuri di lingkungan. Beberapa rekomendasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pestisida alkil merkuri
seharusnya tidak boleh digunakan lagi.
2. Penggunaan pestisida yang
mengandung komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
3. Semua industri yang
menggunakan merkuri harus membuang limbah industrinya dengan terlebih dahulu
mengurangi jumlah merkuri sampai batas normal.
Pelaksanaan
rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memcahkan masalah polusi merkuri di
lingkungan. Pencemaran merkuri tetap terjadi pada lumpur di dasar sungai atau
danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air disekelilingnya.
Beberapa cara dekontaminasi merkuri telah dicoba dilakukan di Swedia,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sedimen pada dasar sungai atau
danau ditutupi dengan bahan-bahan yang mempunyai kemampuan absorbsi tinggi.
2. Sedimen pada dasar sungai atau
danau ditutupi dengan bahan anorganik yang tidak bereaksi.
3. Sedimen yang mengandungmerkuri
dihilangkan dengan cara dikeruk atau dipompa.
TIMBAL
Sifat-sifat
Timbal
Polusi timbal (Pb)
dapat terjadi di udara, air maupun tanah. Kandungan timbal di dalam tanah
rata-rata adalah 16 ppm, tetapi pada daerah-daerah tertentu mungkin dapat
mencapai beberapa ribu ppm. Kandungan timbal di dalam udara seharusnya rendah karena
nilai tekanan uapnya rendah. Untuk mencapai tekanan uap 1 torr, timbal atau
komponen-komponen timbal membutuhkan suhu lebih dari 800oC, berbeda
dengan merkuri dimana tekanan uap 1 torr dapat dicapai pada suhu yangjauh lebih
rendah yaitu 126oC.
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya
sebagai berikut:
1. Timbal
mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair
dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal
merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.
3. Sifat kimia
timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jika
kontak dengan udara lembab.
4. Timbal dapat
membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk mempunyai sifat
berbeda dengan timbal yang murni.
5. Densitas timbal lebih tinggi
dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri.
Kegunaan
Timbal
Penggunaan timbal
terbesar adalah dalam produksi baterei penyimpan untuk mobil, dimana digunakan
timbal metalik dan komponen-komponennya. Elektrode dari beberapa baterei
mengandung struktur inaktif yang disebut grid yang dibuat dari alloy timbal
yang mengandung 93% timbal dan 7% antimoy. Struktur ini
merupakan penyangga mekanik dari komponen baterei yang aktif dan merupakan
jalur aliran listrik. Bagian yang aktif dari baterei terdiri dari timbal
diokside (PbO2) dan logam timbal yang terikat pada grid.
Penggunaan lainnya dari timbal adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder,
bahan kimia, pewarna, dan lain-lainnya . bebrapa produk logam dibuat dari
timbal murni yang diubah menjadi berbagai bentuk, dan sebagian besar terbuat dari
alloy timbal. Solder mengandung 50-95% timbal, sedangkan sisanya adlah timah.
Titik lebur solder akan berubah tergantung dari komposisinya. Logam pencetak
yang digunakan dalam percetakan terdiri dari timabl, timah dan antimony, dimana
komposisinya pada umumnya terdiri dari 85% timbal, 12% antimony, dan 3% timah.
Peluru timbal mengandung 0.1-0.2% arsenik untuk menambah kekerasannya Alloy
yang mempunyai titik cair rendah dan digunakan dalam alarm api, pemadam
kebakaran otomatis dan sekering listrik mengandung bismuth, cadmium atau
merkuri. Titik
cair alloy tersebut ditentukan dari komposisinya.
Penggunaan timbal
yang bukan alloy terutama terbatas pada produk-produk yang harus tahan karat.
Sebagai contoh, pipa timbal digunakan untuk pipa-pipa yang akan mengalirkan
bahan-bahan kimia yang korosif, lapisan timbal digunakan utuk melapisi
tempat-tempatcucian yang sering mengalami kontak dengan bahan-bahan korosif,
dan timbal juga digunakan sebagai pelapis kabel listrik yang akan digunakan di
dalam tanah atau dibawah permukaan air.
Komponen timbal
juga digunakan sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah,
dapat berfungsi sebagai pelindung, dan terdapat dalam berbagai warna. Yang
paling banyak digunakan adalah timbal putih yang mempunyai rumus Pb(OH)2.2PbCO3.Timbal
merah atau Pb3O4
berupa bubuk berwarna merah cerah yang digunakan sebagai pewarna cat yang tahan
karat. Cat berwarna kuning dapat dibuat dengan menambahkan kuning khrom atau PbCrO4.
Timbal juga digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang
disebut glaze. Glaze adalah lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam
permukaan tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik. Komponen utama dari
glaze keramik adalah silika yang bergabung dengan okside lainnya yaity PbO
ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk sifat mengkilap yang tidak dapat
dibentuk dengan okside lainnya.
Sumber
Polusi Timbal
Konsentrasi timbal
di udara di daerah perkotaan kemungkinan mencapai 5 sampai 50 kali daripada di
daerah-daerah pedesaan. Semakin jauh dari daerah perkotaan, semakin rendah
konsentrasi Pb di udara. Timbal yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk,
yaitu berbentuk gas dan partikel-partikel. Gas timbal terutama berasal dari
pembakaran bahan aditif bensin dari kendaraan bermotor yang terdiri dari
tetraetil Pb dan tetrametil Pb. Partikel-partikel Pb di udara berasal dari
sumber-sumber lain seperti pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb-okside, pembakaran arang, dan sebagainya. Di
mana dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrC1 dan PbBrC1.2PbO.
Komponen-komponen Pb yang mengandung halogen terbentuk selama pembakaran
bensin karena ke dalam bensin sering ditambahkan cairan antiletupan yang
mengandung scavenger kimia. Bahan antiletupan yang aktif terdiri dari tetraetil
Pb atau Pb(C2H5)4,tetrametil Pb atau Pb(CH3)4,
atau kombinasi dari keduanya. Scavenger ditambahkan supaya dapat bereaksi
dengan komponen Pb yang tertinggal di dalam mesin sebagai akibat pembakaran
bahan antiletupan tersebut. Komponen-komponen Pb yang dapat merusak mesin jika
tertinggal, bereraksi dengan scavenger dan membentuk gas pada suhu tertentu
saat mesin dijalankan, sehingga akan keluar bersama dengan bahan-bahan lainnya
dan tidak akan merusak mesin. Dua macam scavenger yang sering digunakan adalah
etilen dibromide (C2H4Br2) dan etilen
dikhloride (C2H4C12). Bahan aditif yang
ditambahkan ke dalam bensin terdiri dari
62% tetraetil Pb, 18% etilen dibromide, 18% etilen dikhloride, dan 2%
bahan-bahan lainnya.
Jenis dan jumlah
komponen-komponen Pb yang diproduksi dari asap mobil dap-at dilihat pada tabel
6.2, dimana kolom pertama menunjukkan komposisi asap mobil segera setelah mobil
distarter, sedangkan kolom kedua menunjukkan komposisi asap mobil 18 jam
setelah starter. Data komposisi asap mobil setelah 18 jam menunjukkan bahwa
komposisi Pb mungkin mengalami reaksi ketika dilepaskan di udara. Cara
menangkap asap mobil dalam percobaan ini dilakukan dengan menampung asap di
dalam kantung berwarna hitam yang diisi udara bersih kering, kemudian campuran
tersebut dianalisis 18 jam kemudian. Dari data tersebut terlihat bahwa komponen
Pb yang terdapat dalam jumlah tinggi di dalm asap mobil terutama adalah Pb
oksikarbonat (PbCO3.2PbO), Pb okside (PbOx), dan Pb
karbonat (PbCO3).
Tabel 6.2. Komponen Pb di dalam asap mobil*
Komponen Pb
|
Persen dari totalpertikel Pb
|
|
Segera setelah starter
|
18 jam setelah starter
|
|
PbBrC1
PbBrC1.2PbO.
PbC12
Pb(OH)C1
PbBr2
PbC1.2PbO.
Pb(OH)Br
PbOx
PbCO3
PbBr2.2PbO.
PbCO3.2PbO.
|
32.0
31.4
10.17
7.7
5.5
5.2
2.2
2.2
1.2
1.1
1.0
|
12.0
1.6
8.3
7.2
0.5
5.6
0.1
21.2
13.8
0.1
29.6
|
*Anonim (1971) dalam stoker
dan seager (1972)
Public Health
Service di Amerika Serikat menetapkan bahwa sumber-sumber air alami untuk
masyarakat tidak boleh mengandung Pb lebih dari 0.05 mg/l (0.05 ppm), sedangkan
WHO menetapkan batas Pb di dalm air sebesar 0.1 mg/l.
Di eropa pernah
terjadi keracunan Pb beberapa tahun yang lalu yang disebabkan oleh pipa-pipa
air kebanyakan dibuat dari besi. Sebenaranya penggunaan pipa-pipa Pb tidak
berbahaya untuk mengalirkan air alami karena sifat kesadahan air tersebut. Air
sadah mengandung ion-ion karbonat (CO3=) dan sulfat (SO4=)
yang bereaksi dengan Pb membentuk lapisan pelindung yang tidak larut air yaitu PbCO3
dan PbSO4.
Pencemaran Pb juga
pernah dilaporkan terjadi di dalam minuman beralkohol (wiski) yang diproduksi
sebagai industri rumah, dan didalam minuman yang disimpan di dalm wadah keramik
yang dilapisi glaze. Dalam tahun 1969, dilaporkan bahwa 30% dari contoh-contoh
wiski yang diproduksi sebagai industri rumah yang tidak legal di atlanta
mengandung Pb lebih dari 1 mg per liter, yaitu 20 kali melebihi batas Pb di
dalam air yang ditetapkan oleh Public Health Service. Sumber pencemaran Pb di
dalm wiski ternyata berasal dari solder Pb yang digunakan di dalm tabung-tabung
dalam unit distilasi, dan dari radiator mobil yang mengandung Pb yang digunakan
sebagai kondenser.
Glaze keramik yang
mengandung Pb merupakan sumber keracunan Pb yang berbahaya jika digunakan untuk
melapisi wadah-wadah makanan yang terbuat dari keramik. Minuman-minuman berasam
tinggi seperti sari buah apel dan jeruk dapat melarutkan glaze dan membebaskan Pb
ke dalam minuman jika formulasi glaze yang digunakan tidak tepat. Dalam tahun
1970 dilaporkan bahwa seorang anak laki-laki di Montreal, Kanada, meninggal
karena meminum sari buah apel yang disimpan di dalam botol yang terbuat dari
tanah liat. Analisi terhadap sari buah apel menunjukkan bahwa sari buah apel
yang disimpan di dalam botol yang dilapisi glaze tersebut selama 3 jam
mengandung 57 mg Pb/l, sedangkan setelah 3 hari kandungan Pb mencapai 1300
mg/l.
Semua bahan pangan
alami mengandung Pb dalam konsentrasi kecil, dan selama persiapan makanan
mungkin kandungan Pb akan bertambah. Makanan-makanan asam dapat melarutkan Pb
dari peralatan masak, alat-alat makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat
dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi glaze.
Tanah mungkin
mengandung komponen Pb arsenat yang stabil karena komponen ini banyak digunakan
sebagai pestisida sebelum perang dunia ke II. Tetapi pada saat ini pestisida
tersebut tidak digunakan lagi karena telah banyak diganti dengan pestisida
organik. Di daerah-daerah pertanian yang dekat dengan jalan-jalan raya pada
umumnya kandungan Pb pada hasil-hasil pertanianya lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil-hasil pertanian yang dipanen dari daerah-daerah yang jauh dari
jalan raya. Hal ini menunjukkan bahwa pencemaran Pb umumnya berasal dari
kendaraan-kendaraan bermotor.
Keracunan
Pb
Bentuk kimia Pb
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb didalam tubuh.
Komponen Pb organik, misalnya tetraetil Pb, segera dapat terabsorbsi oleh tubuh
melalui kulit atau membran mukosa. Hal ini merupakan masalah bagi
pekerja-pekerja yang bekerja dipabrik-pabrik yang memproduksi komponen
tersebut. Komponen Pb didalam bensin, meskipun berbentuk komponen organik,
tidak merupakan bahaya polusi dalam bentuk organik karna selama pembakaran akan
diubah menjadi bentuk anorganik. Komponen ini dilepaskan diudara dan sifatnya kurang
berbahaya dibandingkan dengan Pb organik. Pb anorganik di absorbsi terutama
melalui saluran pencernaan dan pernafasan, dan merupakan sumber Pb utama
didalam tubuh.
Tidak semba Pb yang terhisap atau tertelan kedalam tubuh akan tertinggal
didalam tubuh. Kira-kira 5 sampai 10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi
melalui saluran pencernaan, dan sekitar 30% dari jumlah yang terhisap melalui
hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernapasan. Hanya sekitar 5% dari 30%
yang terabsorbsi melalui saluran pernapasan akan tertinggal didalam tubuh
karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
Daya racun Pb dalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan enzim
oleh ion-ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah yang diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin. Penghambatan tersebut disebabkan terbentuknya
ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara Pb2+ dengan grup sulfur
yang terdapat didalam asam-asam amino (misalnya cistein) dari enzim tersebut.
Pb yang tertinggal didalam
tubuh, baik dari udara maupun melalui makanan/minuman, akan mengumpul terutama
didalam skeleton (90-95%). Tulang berfungsi sebagai tempat pemgumpulan Pb
karena sifat-sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan Ca2+.
Pb2+ yang mengumpul didalam skeleton kemungkina dapat diremobilisasi kebagian-bagian tubuh
lainnya lama setelah diabsorbsi awal. Hal ini dapat terjadi misalnya selama pengobatan
dengan kortison pada saat demam atau karena umur yang sudah tua. Umur setengah Pb
secara biologi didalam tulang manusia diperkirakan sekitar 2-3 tahun.
Karena analisis Pb
didalam tulang cukup sulit, maka kandungan Pb didalam tubuh ditetapkan dengan
menganalisis konsentrasi Pb didalam darah atau urin. Konsentrasi Pb didalam
darah merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi
didalam urin. Jumlah Pb minimal didalam darah yang dapat mengakibatkan
timbulnya gejala keracunan biasanya berkisar antara 60 sampi 100 mikrogram per
100 ml darah untuk orang dewasa. Tabel 6.3 menujukkan bahwa konsentrasi Pb
didalam darah dapat dibedakan atas empat kategori, yaitu kategori normal, dapat
diterima, berlebihan, dan berbahaya.
Tabel
6.3 Kategori pencemaran Pb didalam darah orang dewasa*
kategori
|
Konsentrasi
Pb
didalam darah
(ug/100
ml)
|
Keterangan
|
A.
(Normal)
B. (Dapat diterima)
C. (Berlebihan)
D. (berbahaya)
|
< 40
40 – 80
80 – 120
> 120
|
Populasi normal
pencemaran Pb pada konsentrasi abnormal
Absorbsi meningkat
karena polusi Pb pada tingkat abnormal, tetapi masih belum berbahaya.
Absorsi meningkat
karena polusi Pb yang berlebihan, sering disertai gejala ringan,kadang-kadang
gejala berat.
Absorbsi pada
tingkat berbahaya dengan gejala ringan dan berat, serta efek sampingan yang
lama
|
Bahan Bangunan yang Memerlukan Oksigen
OKSIGEN TERLARUT
Oksigen terlarut
merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air.
Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air
untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannnya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi,
kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota
air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air
dingin memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen
terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen = OD) dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah
tanamannya, dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan
terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Pada suhu 20oC dengan
tekanan satu atmosfer konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah
9.2 ppm, sedangkan pada suhu 50o C dengan tekanan atmosfer yang sama
tingkat kejenuhannya hanya 5.6 ppm. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah
tingkat kejenuhan (Tabel 4.1). misalnya danau di pegunungan yang tinggi mungkin
mengandung oksigen terlarut 20-40 persen kurang daripada danau pada permukaan
laut.
Tabel 4.1. Hubungan antara suhu dengan
konsentrasi oksigen terlarut maksimum pada tekanan 1 atmosfer
Suhu
(oC)
|
Konsentrasi O2 terlarut maksimum (ppm)
|
Suhu
(oC)
|
Konsentrasi O2 terlarut maksimum (ppm)
|
0
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
|
14.6
11.3
10.8
10.4
10.0
9.5
9.2
8.8
8.5
8.2
7.9
|
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
|
7.6
7.4
7.2
7.0
6.8
6.6
6.4
6.2
6.0
5.8
5.6
|
Konsentrasi
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang
air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen
terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan semakin cepat
karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam.
BAHAN BUANGAN YANG MEMERLUKAN OKSIGEN
(OXYGEN-DEMANDING WASTES)
Air dikategorikan
sebagai air terpolusi jika konsentrasi oksigen terlarut menurun di bawah atas
yang dibutuhkan untuk kehidupan biota. Penyebab utama berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi
oksigen. Bahan-bahan tersebut terdiri dari bahan yang mudah dibusukkan atau
dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Oksigen yang tersedia di dalam air
dikonsumsi oleh bakteri yang aktif memecah bahan-bahan tersebut. Oleh karena
itu semakin berkurang konsentrasi oksigen terlarut.
Bahan-bahan
buangan yang memerlukan oksigen terutama terdiri dari bahan-bahan organik, dan
mungkin beberapa bahan anorganik. Polutan semacam ini berasal dari berbagai
sumber seperti kotoran hewan maupun manusia, tanaman-tanaman yang mati atau
sampah organik, bahan-bahan buangan dari industri pengolahan pangan, pabrik
kertas, industri menyamakan kulit, industri pemotongan daging, pembekuan udara
dan ikan, dan sebagainya. Konsentrasi bahan-bahan buangan tersebut selain
dipengaruhi oleh jumlah bahan buangan juga dipengaruhi oleh jumlah air yang
dicemari. Oleh karena itu pada waktu musim panas dimana air kali atau danau sedang
surut, konsentrasi oksigen terlarut juga biasanya menurun. Kebanyakan
bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen mengandung karbon sebagai unsur
yang terbanyak. Jadi karbon memerlukan oksigen sebanyak tiga kali beratnya
untuk melangsungkan reaksi tersebut, atau diperlukan 9 ppm oksigen untuk
bereaksi dengan kira-kira 3 ppm karbon terlarut.
Reaksi tersebut di atas disebut reaksi pembakaran sempurna. Tetapi sebelum
terbentuk CO2 mungkin akan terbentuk
hasil-hasil oksidasi sementara seperti alkohol , asam, amina, amonia, dan
hidrogen sulfida. Senyawa-senyawa tersebut selain berbau busuk juga bersifat
racun terhadap hewan dan manusia.
Karena bahan-bahan buangan yang memerlukan oksigen dapat menurunkan oksigen
terlarut di dalm air dengan cepat, maka uji terhadap bahan-bahanbuangan
tersebut penting dilakukan untuk mengetahui tingkat polusi udara. Untuk
mengetahui adanya polutan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu uji
BOD (biochemical oxygen demand) dan uji COD (chemical oxygen demand). Pada
prinsipnya kedua uji tersebut mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan tersebut melalui reaksi biokimia oleh organisme hidup
(dalam uji BOD) atau melalui reaksi kimia (dalam uji COD).
BOD
(BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND)
BOD (biochemical
oxygen demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalm
air. Jadi nilai BOD tidak menujukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang
ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan
bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.
Komponen organik
yang mengandung senyawa netrogen dapat pula dioksidasi menjadi nitrat, sedngkan
komponen organik yang mengandung senyawa sulfur dapat dioksidasi menjadi sulfat.
Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20oC
selam 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi
dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum
dan setelah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 20oC ini
hanya menghitung sebanyak 68 persen bahan organik yang teroksidasi, tetapi suhu
dan waktu yang digunakan tersebut merupakan standar uji karena untuk
mengoksidasi bahan organik seluruhnya secara sempurna diperlukan waktu yang
lebih lama, yaitu mungkin sampai 20 hari sehingga dianggap tidak efisien.
Uji BOD mempunyai beberapa
kelemahan, diantaranya adalah:
1. Dalam uji BOD ikut terhitung
oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anorganik atau bahan-bahan tereduksi
lainnya yang disebut juga “intermediate oxygen demand”
2. Uji BOD memerlukan waktu yang
cukup lama yaitu 5 hari
3. Uji BOD yang dilakukan selama
5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira
68 persen dari total BOD
4. Uji BOD tergantung dari adanya
senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya adanya germisida seperti
khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk
merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti.
Air yang hampir
murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3
ppm masih dianggap cukup murni, tetapi kemurnian air diragukan jika nilai BOD
nya mencapai 5 ppm atau lebih. Bahan buangan industri pengolahan pangan seperti
industri pengalengan, industri susu, industri gula dan sebagainya. Mempunyai
nilai BOD yang bervariasi, yaitu mulai 100 sampai 10.000 ppm, oleh karena itu
harus mengalami penanganan atau pengenceran yang tinggi sekali pada saat
pembuangan ke badan air disekitarnya seperti sungai atau laut, yaitu untuk mencegah
terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut dengan cepat di dalam badan
air tempat pembuangan bahan-bahan tersebut. Masalah yang timbul adalah apabila
konsentrasi oksigen terlarut badan air tersebut sebelumnya sudah terlalu
rendah.
Sebagai akibat
menurunnya oksigen terlarut di dalam air adalah menurunnya kehidupan hewan atau
tanaman air. Hal ini disebabkan karena makhluk-makhluk hidup tersebut banyak
yang mati atau melakukan migrasi ke tempat lain yang konsentrasi oksigennya
masih cukup tinggi. Jika konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah,
maka mikroorganisme aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi
sebaliknya mikroorganisme yang bersifat anaerobik akan menjadi aktif memcah
bahan-bahan tersebut secara anaerobik karena tidak adanya oksigen.
Senyawa-senyawa
hasil pemecahan secara anaerobik seperti amin, H2S dan komponen
fosfor mempunyai bau yang menyengat, misalnya amin berbau anyir dan H2S
berbau busuk. Oleh karena itu perubahan badan air dari kondisi aerobik menjadi
anaerobik tidak dikehendaki.
COD
(CHEMICAL OXYGEN DEMAND)
Untuk mengetahui
jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat
daripada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji
tersebut disebut uji COD (chemical oxygen demand), yaitu suatu uji yang
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh badan oksidan, misalnya kalium
dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Uji COD biasanya
menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena
bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut
teroksidasi dalam uji COD sebagai contoh selulosa sering tidak terukur melalui
uji BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur
melalui uji COD. 96% hasil uji COD yang dilakukan selam 10 menit kira-kira akan
setara dengan hasil uji BOD selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain
mengganggu uji BOD juga dapat mengganggu uji COD karena khlor dapat bereaksi
dengan kalium dikhromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri
sulfat yang akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Untuk mencegah reaksi
dikhromat dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira 10 kali
jumlah khlor di dalam contoh.